Peringati Konferensi Asia-Afrika, STAI Al-Fatah Bersama AWG Gelar Seminar Internasional Hentikan Genosida

Bekasi – Peristiwa genosida yang dialami bangsa Palestina dari serangan Israel, hingga saat ini Dewan Keamanan PBB tidak berhasil menghentikan penderitaan rakyat Gaza. Akar masalah dari semua itu adalah pembiaran atas aksi kolonialisme dan imperialism Zionis Israel terhadap Palestina, satu-satunya bangsa di dunia yang masih terjajah.

Karena itu, Seminar yang bertema “Hentikan Genosida, Bersatu Merdekakan Palestina” ini dilakukan dalam momentum peringatan Konferensi Asia Afrika, 18-24 April 2025, yang ditujukan untuk merumuskan langkah strategis apa yang seharusnya dilakukan untuk menghentikan ‘Genosida di Gaza’.

Seminar Internasional ini diinisiasi oleh Aqsa Working Group (AWG) bersama Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah yang dilaksanakan pada Kamis, 26 Syawal 1446 H/24 April 2025 di Aula Munif Chatib, Insan Mandiri, Bekasi.

Ketua Pelaksana Imam Santoso mengatakan, seminar internasional ini adalah wujud kesadaran bangsa Indonesia untuk terus berjuang bersama bangsa Asia Afrika menghapus segala bentuk kolonialisme yang hari ini hanya ada di Palestina.

“Genosida di Gaza, Palestina adalah tanggung jawab semua bangsa Asia Afrika untuk menghentikannya,” ujar Imam, yang juga Kepala Bidang Kemahasiswaan STAI Al-Fatah itu.

Menurutnya, seminar hari ini merupakan usaha kita merumuskan strategi yang tepat, bagaimana untuk menghentikan genosida keji zionis Israel, dan memberikan kesempatan kepada Palestina mencapai kemerdekaan negaranya.

“Ini hanya sebuah upaya kecil, yang diharapkan akan terus berjalan secara konsisten dan dapat menyatukan seluruh bangsa Asia Afrika, khususnya umat Islam agar bersatu padu menyelesaikan masalah genosida dan kemerdekaan Palestina,” ujar Imam.

Selain itu, Ketua Presidium AWG, M. Anshorullah mengatakan, Konferensi ini diselenggarakan sebagai komitmen dua benua bahwa kedudukan semua bangsa di dunia adalah setara. Tidak boleh ada satu bangsa yang merasa lebih superior dibanding bangsa lainnya. Apalagi ada bangsa yang melakukan penjajahan atas bangsa lainnya.

“24 April adalah hari terakhir peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-70 yang diselenggarakan di Bandung pada tahun 1955 silam,” katanya.

Menurutnya, bangsa-bangsa itu berkumpul di Bandung mendeklarasikan penentangan kolektif terhadap imperialisme sekaligus menjunjung tinggi kedaulatan dan kemerdekaan setiap bangsa di dunia.

“Tetapi setelah 70 tahun, dunia belum sepenuhnya bersih dari imperialisme. Semangat Dasa Sila Bandung belum dirasakan oleh semua bangsa di Asia Afrika. Palestina sampai hari ini masih dijajah oleh Zionis Israel yang didukung oleh imperialis Amerika,” ujar Anshor.

Karena itu, Anshor menegaskan bangsa-bangsa yang tergabung dalam KAA memiliki kewajiban historis untuk melakukan semua hal yang perlu untuk memerdekakan bangsa Palestina secepatnya.

“Karena hak menentukan nasib sendiri, berdaulat, dan merdeka adalah hak dasar setiap bangsa. Dan penjajahan dalam semua bentuknya haruslah dihapuskan dari muka bumi, sekarang juga,” ucap Anshor.

Sebagai informasi dari berbagai sumber, pertemuan perdamaian dunia pernah diadakan di Gedung Merdeka, Bandung, pada 18-24 April 1955 atau biasa dikenal Konferensi Asia Afrika (KAA) yang memberikan dampak signifikan terhadap politik global.

Konferensi itu dipimpin oleh P.M. Ali Sastroamijoyo dan dibuka oleh Presiden Soekarno. Sebanyak 29 dari 30 negara di kawasan Asia-Afrika datang ke pertemuan ini. Afrika Tengah (Rhodesia) saat itu absen karena situasi di negaranya belum stabil.

Gagasan pertemuan negara-negara Asia-Afrika diajukan oleh Indonesia setelah Konferensi Kolombo pada 28 April 1954. Meskipun beberapa peserta awalnya ragu, akhirnya mereka menyetujui ide tersebut.

Indonesia memainkan peran penting dalam penyelenggaraan KAA, sebuah forum yang menjadi tonggak penting dalam sejarah diplomasi global.

Tujuan KAA, adalah memajukan kerja sama antarbangsa, membahas persoalan ekonomi, sosial, dan budaya, mencari penyelesaian bagi masalah kedaulatan nasionalisme dan kolonialisme, serta memperkuat kedudukan Asia-Afrika dalam usaha perdamaian dunia.

Konferensi ini menghasilkan ‘Dasasila Bandung’ atau ‘The Ten Principles’, yang mencerminkan prinsip-prinsip hak asasi manusia, kedaulatan bangsa, dan perdamaian dunia. Konferensi ini meningkatkan citra Indonesia di mata dunia internasional, terutama di kalangan bangsa Asia dan Afrika yang mendambakan kemerdekaan dan perdamaian.

STAI AL-FATAH

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Fatah berdiri pada tahun 1999 yang saat ini memiliki Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam dan Ekonomi Syariah. Penyelenggaraan Program Studi ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama RI pada Februari 2000.

STAI Al-Fatah berkomitmen untuk menjadi Lembaga Pendidikan yang menghasilkan kader-kader Da’i yang unggul, tidak hanya dalam dakwah melalui lisan dan tulisan tetapi juga dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menyebarkan ajaran Islam dan perjuangan pembebasan Masjid Al-Aqsa.

Media Sosial:
Web: www.stai-alfatah.ac.id
Instagram: @staialfatah
Narahubung: 085216633525 – 085669211685

 

AQSA WORKING GROUP

Aqsa Working Group (AWG) adalah suatu lembaga yang dibentuk dalam rangka mewadahi dan mengelola upaya kaum muslimin untuk pembebasan Masjid Al-Aqsa dan membantu perjuangan rakyat Palestina.

AWG didirikan oleh komponen umat yang hadir dalam Al-Aqsha International Conference yang diselenggarakan di Wisma Antara pada tanggal 20 Sya’ban 1429 H/21 Agustus 2008 M di Jakarta.

Media Sosial:
Web: www.aqsaworkinggroup.com & awg.or.id
Instagram: @aqsaworkinggroup @maemunacenter @bulansolidaritaspalestina
Facebook page: Aqsa Working Group
Twitter/X: @awgsaveaqsa

NARAHUBUNG
Humas: 0812 2727 2317 – 0856 6921 1685